JAKARTA – Kerjasama bilateral Indonesia dengan Amerika perlu ditingkatkan. 

Staf Khusus Presiden, Diaz Hendropriyono menyatakan, perlunya peningkatan kerjasama ini tidak hanya dalam bidang investasi tetapi juga kerjasama intelijen. 

Sudah tentu, lanjutnya, jalinan kerjasama ini tidak hanya dengan Amerika, tapi juga dengan sejumlah negara lain, yang harus didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.

Dikatakan, dalam kunjungan terakhirnya di Amerika, Presiden Jokowi mendapat komitmen investasi. Namun kita harus mengembangkan kerjasama bilateral lainnya, misalnya, kerjasama masalah intelijen.Ada banyak hal yang bisa ditingkatkan dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat," ujar Diaz Hendropriyono saat berbicara dalam Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia, di Jakarta Minggu, (18/9).

Terkait kontroversi penutupan penjara Guantanamo Bay, Kuba, menurutnya, Indonesia juga harus memberikan perhatian khusus. Pasalnya, Hambali juga ada di sana.

Hambali yang diduga seorang WNI, merupakan satu dari ratusan tahanan yang masih mendekam di penjara Guantanamo per Desember 2014 silam.

Hambali yang memiliki banyak nama samaran, dianggap sebagai tahanan berisiko tinggi karena kedekatannya dengan petinggi al-Qaeda dan posisinya sebagai anggota senior Jemaah Islamiyah (JI) serta dituduh bertanggung jawab terhadap beberapa peristiwa pengeboman di Asia Tenggara, termasuk diantaranya bom malam Natal tahun 2000 dan bom Bali pada 12 Oktober 2002.

Sementara, terkait dengan pilres AS, menurut Diaz, siapapun yang terpilih, apakah Donald Trump atau Hillary Clinton, tidak akan berpengaruh terhadap kelanjutan penjara Guantanamo.

Alasannya, Trump tidak berniat menutup Guantanamo dan Hillary Clinton yang juga berniat membawa tahanan Guantanamo ke pengadilan Federal. Dengan demikian, siapa pun yang terpilih menjadi presiden AS nantinya, Hambali tidak akan kembali ke Indonesia.

"Indonesia tidak menginginkan Hambali untuk kembali ke Indonesia, seperti juga dikatakan oleh Pak Luhut," ujarnya.

Diaz mengingatkan, meski dirinya saat ini sebagai Staf Khusus Presiden, tetapi apa yang disampaikan merupakan pendapat pribadi. "Ini tentu bukan sikap resmi pemerintah atau Istana, tetapi ini pendapat pribadi," ujarnya usai acara.

Seminar dengan topik ‘In the era of Trump and Clinton, Do We Want the Us in Asia? Perspectives on America's Role in Indonesia and the Asia Pacific’, tersebut dihadiri oleh mantan diplomat Indonesia, diplomat asing, dan mayoritas mahasiswa. Konferensi kebijakan luar negeri ini digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

FPCI adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal pada 2014 silam. (rl/sam/jpnn)

 



from JPNN.COM http://ift.tt/2cJuxgp

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top
.:tutup:.