CIKAMPEK - PT Pupuk Kujang (PK) merasakan betul dampak melambungnya harga gas. Sebagai perusahaan yang hampir 80 persen produksinya menggunakan bahan baku gas, melambungnya harga gas hingga mencapai USD 13 per 1 million British Thermal Units (MMBTU) jelas memberatkan.

Padahal menurut Maryono, idealnya harga 1 MBBTU itu di kisaran USD 4. "Kami butuh harga yang kompetitif di pasar global," ulas Maryono.

Menurutnya, dengan harga gas sekarang, sulit bagi PK untuk berkompetisi. Namun secercah harapan masih ada. Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, bukan tidak mungkin harga gas industri menurun.

Saat ini, dirinya tengah berjuang agar sepuluh jenis industri mendapat harga gas kompetitif.

Kesepuluh sektor itu adalah, industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, ban dan sarung tangan karet, pulp dan kertas, mamin, dan tekstil, serta alas kaki.

Belum selesai soal harga gas, industri kembali terpukul dengan maraknya pupuk palsu yang beredar di masyarakat.

"Pupuk yang beredar tanpa standart yang jelas tentu saja merugikan petani. Maka itu, kami butuh dukungan BSN untuk membantu menertibkan pupuk impor yang beredar," pintanya.

Menanggapi harapan tersebut, Kepala BSN Bambang Prasetya berjanji akan mendorong sesegera mungkin lahirnya regulasi yang bisa melindungi industri pupuk lokal.

"Soal standar itu tidak bisa ditawar lagi. Harus didorong intervensi pemerintah dalam hal ini," ungkap Bambang saat berkunjung ke PK sebagai penerima SNI Award 2015 dengan predikat emas itu.

Menurutnya, barang sub-standar memang sudah selayaknya diawasi ketat. Dimulai sejak dari bea cukai.

"Bagaimana kita mencontoh negara berkembang lain yang juga marak masuknya barang sub-standart. Namun beberapa diantaranya cukup berhasil menekan angka masuknya produk tak berkualitas itu," beber Bambang. (sic/jos/jpnn)



from JPNN.COM http://ift.tt/2c5U5td

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top
.:tutup:.